Berlomba dalam Kebaikan Akhirat: Ungguli Bukan di Dunia Fana
Di era media sosial, kita sering disuguhi persaingan dan pameran. Seseorang memposting harta, makanan enak, atau kecantikan, seolah-olah itu adalah tujuan akhir. Padahal, berlomba dalam kebaikan akhirat adalah satu-satunya persaingan yang sejati dan abadi.
Engkau posting harta? Di luar sana ada yang lebih kaya darimu. Engkau posting makanan enak? Di luar sana ada yang lebih enak makanannya darimu. Engkau posting kecantikan? Di luar sana ada yang lebih cantik darimu.
Sungguh, tak akan ada habisnya jika engkau membanggakan dunia. Sebab, akan senantiasa ada orang-orang yang mengunggulimu. Inilah mengapa kita harus mengubah fokus dari persaingan duniawi menjadi persaingan ukhrawi.
Peringatan: Dunia yang Tak Pernah Habis Diungguli
Dunia adalah arena yang penuh tipu daya. Mencari kebanggaan di dalamnya hanya akan mendatangkan lelah dan penyesalan.
1. Tidak Ada Ujungnya Membanggakan Dunia
Dunia diciptakan dengan sifat yang relatif. Selalu ada level di atas kita. Ketika kita membanggakan dunia, kita hanya akan menemukan seseorang yang lebih kaya, lebih cantik, atau lebih populer. Perasaan bangga itu akan segera runtuh dan digantikan rasa iri.
Oleh karena itu, fokus kita harus beralih. Fokus pada ridha Allah adalah satu-satunya tujuan yang mutlak dan abadi.
2. Kejar Pahala, Bukan Pujian Manusia
Pujian manusia hanyalah fatamorgana yang cepat hilang. Kebaikan yang kita lakukan di hadapan manusia seringkali dibumbui riya’ (pamer) dan merusak keikhlasan.
Sebaliknya, berlomba dalam kebaikan akhirat berarti kita beramal secara diam-diam. Kita mengamalkannya dengan tujuan utama mendapatkan pahala dan bukan mendapat sebuah pujian manusia. Pahala itulah yang akan menjadi bekal keuntungan besar di akhirat.
Nasihat Salaf: Mengungguli dalam Ketaatan
Para ulama salafush shalih telah memberikan nasihat yang sangat tegas tentang bagaimana seharusnya seorang Muslim menyikapi persaingan.
1. Ubah Arah Persainganmu
Imam Al Hasan Al Bashri rahimahullah mengatakan:
“Apabila engkau melihat seseorang mengunggulimu dalam masalah dunia, maka unggulilah dia dalam masalah akhirat.”
Ini adalah strategi hidup yang cerdas. Jika tidak mampu unggulilah dalam akhirat daripada dunia. Gunakan semangat persaingan yang kita miliki untuk hal yang kekal.
2. Jangan Sampai Ada yang Mendahuluimu
Wahib bin Al Warid mengatakan:
“Jika kamu mampu untuk mengungguli seseorang dalam perlombaan menggapai ridha Allah, lakukanlah.”
Nasihat ini mendorong kita untuk memiliki semangat beramal shalih yang tinggi. Kita harus merasa sedih jika ada orang lain yang lebih taat, lebih ikhlas, atau lebih banyak amalnya daripada kita.
Sebagian salaf mengatakan:
“Seandainya seseorang mendengar ada orang lain yang lebih taat pada Allah dari dirinya, sudah selayaknya dia sedih karena dia telah diungguli dalam perkara ketaatan.”
Kesedihan ini bukanlah iri hati, melainkan rasa cemburu yang positif (gibhthah) yang mendorong kita untuk meningkatkan ibadah.
Kesimpulan: Dunia di Genggaman, Akhirat di Hati
Pesan dari semua nasihat ini sangat jelas: berlomba dalam kebaikan akhirat adalah inti dari kehidupan seorang mukmin. Ini bukan berarti kita tidak boleh mengejar dunia, tetapi orientasi dan tujuan utama kita haruslah akhirat.
Jadikan dunia di genggaman, akhirat di hati. Gunakan dunia sebagai alat untuk mencapai ridha Allah. Fokus dan unggulilah pada amal kebaikan yang mendatangkan pahala, bukan pada kesenangan fana yang hanya mendatangkan pujian manusia. Ini adalah jalan menuju keselamatan sejati.