3 Musibah yang Terjadi Setiap Hari: Pahami Hakikat Hidup Sejati
Seringkali kita menganggap musibah sebagai sesuatu yang besar, seperti kehilangan harta atau sakit keras. Namun, Ustadz Dr. Musyaffa’ Ad Dariny hafizhahullah mengajak kita merenungi bahwa sebenarnya setiap hari semua orang selalu mendapatkan musibah, yang seringkali luput dari kesadaran kita. Memahami hakikat hidup sejati ini adalah kunci untuk mengubah orientasi dan fokus hidup kita.
Berikut adalah tiga musibah harian yang wajib kita renungkan dan ambil pelajaran darinya.
Musibah Pertama: Umur Terus Berkurang
Umur terus berkurang adalah musibah yang paling ironis. Waktu yang diberikan Allah kepada kita terus ditarik, namun kita tidak menyadarinya sebagai sebuah kerugian.
Ironisnya, kita bersedih luar biasa apabila:
- Uang berkurang. Padahal, uang bisa dicari lagi (fana).
- Kita tidak bersedih saat umur berkurang. Padahal, umur tidak mungkin dicari gantinya (kekal).
Kehilangan umur adalah kerugian yang tidak bisa di refund atau diganti. Setiap detik yang berlalu adalah jatah amal kita di dunia yang telah habis. Kerugian waktu ini juga dibahas dalam prinsip manfaatkan waktu untuk hal-hal yang bermanfaat.
Musibah Kedua: Rezeki yang Akan Dihisab
Setiap hari kita memakan dan menggunakan rezeki yang datangnya hanya dari Allah. Rezeki ini, sekecil apapun, memiliki konsekuensi pertanggungjawaban di akhirat kelak.
- Bila rezeki itu haram: Kita akan disiksa karenanya, dan ini adalah musibah yang dilupakan banyak orang.
- Bila rezeki itu halal: Kita tetap akan dihisab untuk mempertanggungjawabkannya.
Kita tidak tahu apakah kita akan selamat dalam hisab itu atau tidak. Ini adalah peringatan keras, bahwa setiap suapan dan setiap rupiah yang kita dapatkan adalah amanah yang wajib kita perhatikan sumbernya, karena rezeki datangnya hanya dari Allah.
Musibah Ketiga: Mendekat kepada Akhirat
Setiap hari yang kita jalani membuat kita semakin mendekat kepada akhirat, dan semakin menjauh dari dunia. Dunia ini bergerak menjauh dari kita, sementara kehidupan abadi itu bergerak mendekat.
Meskipun begitu, banyak dari kita yang:
- Tidak memperhatikan akhiratnya yang kekal.
- Sangat memperhatikan dunianya yang fana.
Padahal, kita tidak tahu, pada akhirnya nanti kita akan menuju surga ataukah neraka. Ini adalah esensi dari dunia fana akhirat kekal. Seorang mukmin sejati seharusnya menjadikan prioritas hidup adalah akhirat, bukan sebaliknya.
Kesimpulan: Orientasi Hidup yang Seharusnya
Renungan ini seharusnya menyadarkan kita bahwa tujuan terbesar hidup bukanlah menumpuk harta atau meraih pujian, melainkan persiapan akhirat yang kekal. Jangan biarkan musibah-musibah harian ini berlalu tanpa pelajaran.
Seperti doa yang diajarkan:
Ya Allah, janganlah Engkau jadikan dunia, sebagai tujuan terbesar hidup kami dan tujuan akhir ilmu kami.
Mari kita alihkan fokus dan energi kita untuk berlomba dalam kebaikan akhirat, mengumpulkan bekal dengan sungguh-sungguh.
Ya Allah, hindarkanlah kami dari neraka-Mu, dan jadikanlah rumah abadi kami adalah surga-Mu, aamiin.