Faidah

Malapetaka Kesombongan: Dosa Besar Pemicu Murka dan Azab Allah

Dalam perjalanan hidup ini, seringkali kita melihat atau bahkan tanpa sadar merasakan benih-benih kesombongan dalam hati. Padahal, sifat ini adalah malapetaka kesombongan yang sangat dibenci oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan dapat membawa pelakunya pada kehancuran di dunia maupun akhirat. Artikel ini akan mengupas tuntas mengapa kesombongan adalah dosa besar yang wajib dihindari oleh setiap Muslim.


1. Allah Membenci Sifat Sombong

Peringatan pertama dan paling mendasar tentang malapetaka kesombongan datang langsung dari firman Allah Ta’ala:

إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْتَكْبِرِينَ” (QS. An-Nahl: 23) Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong.

Ayat ini secara jelas menunjukkan bahwa Allah membenci orang yang memiliki sifat sombong. Dan siapa saja yang dibenci oleh Allah, pasti akan mendapatkan celaka dan kerugian besar. Kecintaan Allah adalah kunci segala kebaikan, dan jika Dia telah membenci, maka tidak ada lagi keberkahan yang tersisa.


2. Kesombongan Membawa ke Neraka Jahannam

Dampak kesombongan tidak hanya dirasakan di dunia, tetapi juga akan berbuah azab pedih di akhirat. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

فَادْخُلُوا أَبْوَابَ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا ۖ فَلَبِئْسَ مَثْوَى الْمُتَكَبِّرِينَ” (QS. An-Nahl: 29) Artinya: “Masuklah ke pintu-pintu neraka Jahannam, kalian kekal di dalamnya. Maka itulah seburuk-buruk tempat bagi orang-orang yang sombong.

Ayat ini menjadi ancaman yang mengerikan bagi setiap individu yang mati dalam keadaan sombong. Neraka Jahannam adalah tempat kembali yang paling buruk, dan kekekalan di dalamnya adalah puncak dari malapetaka kesombongan.


3. Tawadhu’ (Rendah Hati): Sifat Penghuni Surga

Berlawanan dengan kesombongan, sifat rendah hati atau tawadhu’ adalah ciri khas penghuni surga. Allah Ta’ala menjelaskan kriteria bagi penduduk surga dalam firman-Nya:

تِلْكَ الدَّارُ الْآخِرَةُ نَجْعَلُهَا لِلَّذِينَ لَا يُرِيدُونَ عُلُوًّا فِي الْأَرْضِ وَلَا فَسَادًا” (QS. Al-Qashash: 83) Artinya: “Itulah negeri akhirat, Kami jadikan bagi orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri di muka bumi dan tidak berbuat kerusakan.

Ayat ini menegaskan bahwa surga hanya diperuntukkan bagi orang-orang yang memiliki sifat tawadhu’, bukan bagi mereka yang mencari “kedudukan tinggi” hingga menyombongkan diri atau berbuat kerusakan di muka bumi. Mengembangkan sifat rendah hati adalah langkah penting untuk menjauhkan diri dari malapetaka kesombongan.


4. Tidak Masuk Surga Walau Ada Kesombongan Sekecil Dzarrah

Ancaman terbesar bagi orang yang sombong datang dari hadis Nabi ﷺ yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Rasulullah ﷺ bersabda:

لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ” Artinya: “Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya ada seberat dzarrah kesombongan.

Ketika para sahabat bertanya tentang makna sombong, Nabi ﷺ menjelaskan bahwa sombong adalah “menolak kebenaran dan merendahkan manusia.” Ini adalah definisi yang sangat penting:

  • Menolak Kebenaran: Tidak mau menerima nasihat, dalil Al-Qur’an dan Sunnah, atau kebenaran yang datang dari orang lain, hanya karena merasa diri lebih hebat atau benar.
  • Merendahkan Manusia: Memandang rendah orang lain, merasa lebih baik, lebih mulia, atau lebih berhak daripada mereka, baik dari segi harta, kedudukan, nasab, atau ilmu.

Hadis ini adalah peringatan yang sangat serius. Bahkan kesombongan sekecil dzarrah (partikel terkecil) pun dapat menjadi penghalang seseorang masuk surga. Ini menunjukkan betapa beratnya dosa kesombongan di sisi Allah. Untuk memahami lebih jauh tentang bagaimana cara masuk surga, Anda bisa membaca artikel tentang keuntungan besar di akhirat atau manfaat sering bersama Al-Qur’an.


Kesimpulan

Malapetaka kesombongan adalah ancaman nyata bagi setiap Muslim. Kesombongan adalah dosa besar yang menyebabkan murka dan azab Allah, membawa pelakunya ke neraka Jahannam, dan menjadi penghalang untuk masuk surga. Oleh karena itu, hendaknya setiap Muslim waspada dan berusaha sekuat tenaga untuk menghindarinya, serta menghiasi diri dengan sifat tawadhu’ demi keselamatan di dunia dan akhirat.