Rendah Hati Indikator Amal Diterima: Kunci Merasa Penuh Kekurangan
Dalam beramal shalih, ada dua sikap ekstrem yang sering menjebak seorang hamba: merasa angkuh dengan amal yang sudah dilakukan, atau justru berputus asa karena merasa amal tidak sempurna. Padahal, rendah hati indikator amal diterima adalah kunci yang sesungguhnya. Ketika lisan kita mengucapkan, “Saya belum melakukan apa-apa” atau “Apa yang saya lakukan belum seberapa dan masih banyak kekurangan,” maka itu adalah tanda kebaikan.
Bersyukurlah jika kalimat-kalimat kerendahan hati ini meluncur fasih dari lubuk hati Anda. Inilah indikator yang sangat baik bahwa amal Anda diterima oleh Allah Ta’ala.
Amal Diterima Melahirkan Kerendahan Hati (Tawadhu’)
Amal shalih yang benar-benar ikhlas dan diterima oleh Allah akan membentuk pribadi yang selalu bersyukur dan rendah hati. Ia tidak akan pernah merasa diri suci atau angkuh, walaupun segudang amal shalih telah ia torehkan dalam catatan kebaikannya.
1. Hati yang Takut Akan Ketidaksempurnaan Amal
Seorang hamba yang ikhlas justru akan diliputi rasa khawatir. Ia khawatir karena kekurangannya dalam menjalankan amal shalih membuat Allah tidak berkenan menerimanya. Rasa takut ini disinggung dalam Al-Qur’an:
﴿٦٠﴾ وَٱلَّذِينَ يُؤْتُونَ مَآ ءَاتَوا۟ وَّقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَىٰ رَبِّهِمْ رٰجِعُونَ (60) “Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan (beramal shalih), dengan hati yang takut (amal ibadah mereka tidak diterima) karena mereka yakin sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka.” (QS. Al Mu’minun 23: 60)
Ini adalah ciri orang beriman sejati: beramal keras, tetapi hatinya takut amal ibadah mereka tidak diterima. Inilah lawan dari tidak merasa diri suci dan sikap malapetaka kesombongan yang dibenci Allah.
2. Istighfar Setelah Ibadah Terbaik
Bukti nyata bahwa amal kita pasti memiliki kekurangan dalam ibadah terlihat dari perintah Rasulullah ﷺ. Bukankah kita diperintahkan untuk beristighfar setiap selesai mengerjakan shalat wajib?
Shalat, yang notabene merupakan ibadah terbaik dan paling prestisius dalam Islam, justru diikuti dengan permohonan ampun.
Ini adalah pesan keras: sehebat apapun ibadah yang Anda kerjakan, Anda mengerjakannya dengan penuh kekurangan dan ketidaksempurnaan. Oleh karena itu, mintalah ampun kepada Allah dari segala khilaf dan lalai tersebut, dan rendah hatilah setelah mengerjakannya.
Nasihat Ibnul Qayyim: Mengikis Rasa Angkuh
Sebagaimana terinspirasi oleh pemaparan Ibnul Qayyim dalam Madarijus Saalikiin, kunci untuk mencapai kerendahan hati ini adalah dengan selalu menuduh diri sendiri atas kekurangan dalam ibadah.
Jangan fokus pada seberapa banyak amal yang sudah Anda kumpulkan. Fokuslah pada:
- Kualitas keikhlasan Anda saat beramal.
- Kekurangan adab dan hati saat beribadah.
- Kesempurnaan hak Allah yang mungkin belum tertunaikan.
Dengan demikian, Anda akan senantiasa merasa penuh kekurangan dan berharap hanya kepada rahmat Allah, bukan mengandalkan amal diri sendiri.
Kesimpulan: Rendah Hati Menjaga Keikhlasan
Rendah hati indikator amal diterima adalah sebuah keniscayaan. Kerendahan hati menjaga amal shalih kita dari virus ujub (bangga diri) dan riya’ (pamer), yang merupakan dua penyakit hati yang dapat menghanguskan pahala.
Teruslah beramal shalih, namun iringi dengan rasa takut dan permohonan ampun yang tulus. Jadikan kerendahan hati sebagai mahkota di atas segudang amal kebaikan Anda.