Faidah

Manfaatkan Waktu: Setiap Detik Adalah Bagian dari Dirimu yang Tak Kembali

Seringkali kita meremehkan berjalannya waktu, seolah ia adalah sumber daya tak terbatas yang selalu ada. Padahal, waktu adalah aset paling berharga yang kita miliki. Hasan Al-Bashri rahimahullah, seorang tabi’in yang mulia, pernah berkata dengan sangat dalam: “يَا ابْنَ آدَمَ، إِنَّمَا أَنْتَ أَيَّامٌ، كُلَّمَا ذَهَبَ يَوْمٌ ذَهَبَ بَعْضُكَ“.

Beliau menasihati, “Wahai anak Adam, sesungguhnya engkau adalah kumpulan hari-hari. Jika satu hari berlalu, maka sebagian dari dirimu telah pergi (hilang).” (Kamus Nasehat Para Ulama, hlm. 59).

Pernyataan ini adalah tamparan lembut yang membangunkan kita dari kelalaian. Ia menegaskan bahwa setiap detik yang berlalu bukan hanya mengurangi jatah hidup kita, tetapi juga menghilangkan sebagian dari “diri” kita secara harfiah. Ini adalah motivasi kuat untuk benar-benar manfaatkan waktu sebaik-baiknya.


Waktu Adalah Modal Terbesar untuk Beramal

Faedah utama dari atsar Hasan Al-Bashri ini sangat jelas: waktu adalah modal terbesar kita untuk beramal. Kita sering berpikir bahwa modal itu hanya uang atau aset. Namun, bagi seorang Muslim, waktu jauh lebih berharga. Mengapa demikian?

  • Peluang Beramal: Setiap momen yang diberikan adalah kesempatan emas untuk menambah timbangan kebaikan. Shalat, membaca Al-Qur’an, berzikir, menuntut ilmu, berbuat baik kepada sesama, semuanya membutuhkan waktu. Jika waktu itu habis tanpa amal, maka kesempatan itu hilang selamanya.
  • Tak Dapat Diganti: Uang yang hilang bisa dicari kembali, aset yang rusak bisa diperbaiki, tetapi waktu yang berlalu tidak akan pernah bisa kembali. Ini yang menjadikan waktu sebagai modal yang paling kritis dan tidak dapat diganti.
  • Menentukan Nasib Akhirat: Hasan Al-Bashri dan ulama lain juga sering menasihatkan bahwa kehidupan dunia ini adalah ladang untuk akhirat. Kualitas panen kita di akhirat sangat bergantung pada bagaimana kita manfaatkan waktu di dunia ini.

Kerugian yang Tak Tergantikan

Pesan penting lainnya dari atsar ini adalah bahwa setiap hari yang hilang tanpa kebaikan berarti kerugian yang tak tergantikan. Coba bayangkan jika kita menghabiskan satu hari penuh untuk hal yang sia-sia: tidur berlebihan, bermalas-malasan, atau tenggelam dalam hiburan yang melalaikan. Hari itu bukan hanya berlalu, tetapi “sebagian dari dirimu telah pergi” tanpa membawa bekal apa-apa untuk akhirat.

  • Penyesalan di Akhirat: Orang yang paling menyesal di akhirat adalah mereka yang melihat waktu mereka terbuang sia-sia di dunia. Waktu itu bisa saja digunakan untuk shalat tambahan, membaca Al-Qur’an, atau berbakti kepada orang tua. Penyesalan ini tidak akan ada gunanya lagi.
  • Potensi yang Hilang: Setiap detik adalah potensi untuk menghasilkan pahala, untuk mendekat kepada Allah, atau untuk memberikan manfaat bagi orang lain. Jika waktu itu tidak dimanfaatkan, maka potensi itu hilang begitu saja.

Oleh karena itu, manfaatkan waktu kita. Jangan tunda amal kebaikan, jangan sia-siakan kesempatan. Mulailah setiap hari dengan niat yang kuat untuk beribadah dan berbuat baik. Ingatlah doa Nabi ﷺ agar mendapatkan keberkahan di pagi hari sebagai motivasi untuk memulai hari dengan produktif. Kita juga perlu memahami bahwa manhaj salaf sangat menekankan pentingnya menjaga waktu dari kesia-siaan.


Mari kita jadikan nasihat Hasan Al-Bashri ini sebagai pengingat harian. Ingatlah bahwa setiap tarikan napas dan setiap detak jantung adalah bagian dari waktu yang terus berkurang. Maka, manfaatkan waktu ini dengan sebaik-baiknya untuk mengumpulkan bekal menuju kehidupan abadi.

Rincian