Faidah

Iman dan Amal Harus Sejalan

Hasan Al-Basri rahimahullah berkata:
“Bukanlah iman itu dengan perhiasan dan angan-angan, tetapi iman adalah apa yang tertanam di dalam hati dan dibuktikan oleh amal perbuatan.”
(Syarh Aqidah At-Tahawiyyah, hal. 339)

Faedah Atsar

  1. Iman Membutuhkan Bukti Nyata
    Pernyataan Hasan Al-Basri ini menegaskan bahwa iman tidak cukup hanya dengan ucapan atau angan-angan semata. Hal ini sesuai dengan firman Allah:
    “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: ‘Kami telah beriman,’ sedang mereka tidak diuji?” (QS. Al-Ankabut: 2).
    Ayat ini mengingatkan kita bahwa iman harus disertai bukti nyata berupa amal perbuatan yang mencerminkan keyakinan tersebut.
  2. Iman Sejati Tertanam di Dalam Hati
    Iman yang benar bukan sekadar kepercayaan di lisan, tetapi keyakinan yang tertanam kokoh di dalam hati. Allah berfirman:
    “Orang-orang yang beriman itu hanyalah mereka yang apabila disebut nama Allah, gemetar hati mereka…” (QS. Al-Anfal: 2).
    Ayat ini menunjukkan bahwa iman sejati memberikan pengaruh langsung pada hati seseorang, membuatnya tunduk dan takut kepada Allah.
  3. Amal sebagai Cerminan Iman
    Iman yang benar akan mendorong seseorang untuk beramal. Amal merupakan bukti nyata keimanan. Allah berfirman:
    “Barang siapa mengharap pertemuan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seseorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya.” (QS. Al-Kahfi: 110).
    Ayat ini menegaskan bahwa iman tidak akan sempurna tanpa amal perbuatan yang ikhlas dan sesuai dengan syariat.
  4. Peringatan dari Angan-Angan Kosong
    Hasan Al-Basri memperingatkan agar kita tidak terjebak dalam angan-angan kosong, seperti berharap surga tanpa amal atau merasa cukup dengan klaim iman tanpa bukti nyata. Allah mengingatkan:
    “Itu hanyalah angan-angan kosong mereka. Katakanlah, ‘Tunjukkanlah bukti kebenaranmu jika kamu adalah orang-orang yang benar.'” (QS. Al-Baqarah: 111).
    Ayat ini menjadi pengingat agar kita menjauh dari sikap puas diri dan menanamkan semangat untuk beramal sebagai bukti keimanan.
  5. Keseimbangan antara Iman dan Amal
    Ucapan ini mengajarkan kita pentingnya keseimbangan antara keyakinan hati dan amal perbuatan. Keyakinan tanpa amal menunjukkan iman yang lemah, sedangkan amal tanpa keyakinan tidak akan diterima oleh Allah. Keduanya harus berjalan seiring agar seseorang dapat mencapai derajat keimanan yang sempurna.

Semoga kita semua mampu menjadikan iman yang tertanam dalam hati kita sebagai pendorong untuk terus beramal shaleh. Mari kita perkuat iman dengan amal, dan semoga Allah menjadikan kita hamba-hamba-Nya yang beruntung.

Sahabat Sunnah, silakan bagikan kepada yang lain.
Semoga Allah membuka pintu-pintu kebaikan melalui kita semua. Aamiin.

Abu Yasyfik Sudirman, S.Ag.